Jumat, 01 Maret 2013

Sejarah Baju Astronot

Spacesuits telah dikembangkan selama bertahun-tahun dari prototipe awal yang digunakan dalam misi ruang angkasa Mercury ke teknologi yang lebih kompleks dan sangat sesuai dikenakan oleh today's Space Shuttle dan astronot Stasiun Luar Angkasa. Teks berikut menggambarkan perkembangan ruang angkasa.

Mengapa Astronot butuh Baju ??

1. Anda akan menjadi tak sadarkan diri dalam waktu 15 detik karena tidak ada oksigen.

2.Darah dan cairan tubuh akan "mendidih" dan kemudian beku karena ada sedikit atau tidak ada tekanan udara.

3.Kulit, jantung dan organ-organ internal lainnya akan berkembang karena cairan mendidih. karena Kamu akan menghadapi perubahan suhu ekstrem:
sinar matahari: 248 derajat Celcius / 120 derajat Celcius
dibawah naungan: -148 F / -100 C

4.Anda akan dihadapkan pada berbagai jenis radiasi, seperti sinar kosmik, dan partikel bermuatan yang dipancarkan dari matahari (angin matahari).

baju ini dipakai hanya sebagai cadangan untuk kemungkinan kehilangan tekanan kabin pesawat, suatu peristiwa yang pernah terjadi. Bertekanan mobilitas terbatas tidak akan menjadi masalah di kabin pesawat ruang angkasa Mercury yang kecil.

Mercury ruang angkasa yang juga telah dicampur sepatu bot, helm yang terpasang melalui kerah cincin, dan sarung tangan. Setelan ini didinginkan dengan kipas eksternal unit yang dibawa para astronot. Astronot menerima oksigen dari pesawat ruang angkasa melalui selang terhubung ke setelan. Sekali lagi, setelan hanya bertekanan dalam hal tekanan kabin gagal.

Setelan ini tidak akan cukup baik untuk perjalanan ke bulan dan bahkan kurang cocok untuk bulan berjalan. Setelan baru harus dirancang untuk Misi Apollo.

Spoiler for Spesifikasi Mercury spacesuit


Tambahan dalam pakaian luar angkasa apollo:

1.Sebuah air-cooled pakaian dalam nilon

2.Multi-layered setelan tekanan

3.di dalam lapisan - ringan dengan kain nilon ventilasi

4.lapisan tengah - neoprene-berlapis nilon untuk menahan tekanan

5.lapisan luar - nilon untuk menahan tekanan di bawah lapisan

6.Lima lapisan Mylar aluminized terjalin dengan empat lapisan Dacron untuk perlindungan panas

7.Dua lapisan untuk Kapton panas tambahan perlindungan

8.Sebuah lapisan kain berlapis Teflon (nonflammable) untuk perlindungan dari goresan

9.Sebuah lapisan Teflon kain putih (nonflammable)

Kamis, 07 Februari 2013

Curiosity Ambil Foto Batuan Mars Pada Malam Hari

Ilmuwan NASA untuk pertama kalinya menggunakan kamera MAHLI (Mars Hand Lens Imager) Curiosity untuk memotret batuan Mars pada malam hari. Untuk membantu pencahayaan, tim menggunakan lampu LED (light-emitting diode)  yang tersemat di samping kamera tersebut.  Ada dua buah LED yang digunakan yaitu LED putih dan LED ultraviolet.

Target yang menjadi sasaran fotografi adalah sebuah batu yang disebut Sayunei. Tujuan dari penggunaannya yaitu untuk mencari dan menemukan mineral neon. Jika sesuatu tampak berwarna hijau, kuning, oranye atau merah, itu berarti merupakan indikator yang jelas dari fluoresensi (fluorescence) yaitu sebuah mineral yang dapat berpendar.

Berikut adalah hasil jepretan kamera MAHLI dengan menggunakan dua lampu LED yang berbeda di malam hari


Foto batuan Mars yang disebut Sayunei yang difoto pada malam hari oleh Curiosity. Tampak bagian putih yang terbuka sebagai akibat dari roda depan Curiosity yang menabrak batu tersebut. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/MSSS

Foto batu yang sama yang difoto Curiosity dengan dibantu LED ultraviolet untuk menemukan kandungan mineral neon. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/MSSS

Mengenal Venus, Planet Yang Paling Terang

Venus adalah planet kedua terdekat dari Matahari. Planet ini sangat terang jika dilihat dari Bumi, kecerlangannya hanya kalah dari Matahari dan Bulan. Karenanya Venus pun bisa disebut sebagai “bintang” paling terang di langit. Dan mungkin karena itu planet ini dinamai Venus sang Dewi Cinta dan Kecantikan, atau Aphrodite dalam peradaban Yunani kuno.
Citra Venus diambil oleh wahana Mariner 10 (Sumber: nunes, astrosurf.com)
Citra Venus diambil oleh wahana Mariner 10 (Sumber: nunes, astrosurf.com)
Venus telah menjadi perhatian banyak kebudayaan sejak lama. Para penduduk suku Maya menjadikan Venus sebagai penanda waktu dalam sistem kalendernya karena mereka dapat hitung dan prediksikan kemunculannya yang periodik bergantian di langit timur dan barat. Seperti juga Merkurius, Venus juga awalnya salah diidentifikasi oleh beberapa kebudayaan sebagai 2 objek yang berbeda ketika ia muncul bergantian di timur dan di barat. Misalnya ada yang menyebutnya Eosphorus ketika muncul di pagi hari (ada juga yang menyebutnya sebagai Lucifer) dan Hesperus ketika muncul di sore hari.
Di tahun 1600-an ketika masyarakat ramai mencibir teori/model alam semesta heliosentris (karena saat itu yang sedang populer adalah teori/model geosentris), Venus menjadi salah satu objek kunci yang membantah geosentrisme. Pengamatan Galileo terhadap Venus menggunakan teleskop menunjukkan bahwa Venus memiliki fase sebagaimana halnya Bulan. Fakta ini menegaskan bahwa Venus mengelilingi Matahari, berbeda dengan pandangan Ptolemius dan penganut geosentrisme yang mengira Venus dan Matahari mengelilingi Bumi. Karena apabila begitu, Venus tidak akan menunjukkan perubahan fase. Ditambah dengan beberapa bukti pengamatan lainnya di tahun-tahun sesudahnya, geosentrisme pun semakin tergeser.
Jaman semakin modern dan pengamatan Venus pun semakin banyak dilakukan. Pengetahuan kita tentang planet ini juga bertambah. Awalnya Venus dikatakan planet yang paling mirip dengan Bumi karena ukurannya hampir sama dengan Bumi dan atmosfernya yang cukup tebal. Tetapi kemudian diketahui bahwa kondisi Venus sebenarnya terlalu ekstrim bagi kehidupan. Temperatur rata-ratanya mencapai 460 derajat Celcius, rekor tertinggi di tata surya. Bahkan Merkurius yang lebih dekat ke Matahari kalah panas dari Venus.
Jawaban dari misteri penyebab panasnya Venus adalah kandungan utama atmosfernya. Dominasi karbondioksida di udara Venus (mencapai 95%) menyebabkan terjadinya efek rumah kaca yang berkelanjutan. Panas Matahari yang diserap atmosfer kemudian dipantulkan oleh permukaan. Tetapi panas hasil pantulan itu dipantulkan balik oleh awan karbondioksida yang tebal. Karena tidak ada panas yang dapat keluar dari planet Venus, udara di Venus pun memanas secara kontinu.

Fase Venus hanya bisa diamati dalam heliosentrisme (Sumber: telescope1609.com)
Rotasi Dan Revolusi
Periode rotasi Venus adalah 243 hari Bumi dan periode revolusinya 224 hari Bumi. Sekilas bisa kita simpulkan bahwa satu hari di Venus lebih lama dari 1 tahunnya. Tetapi kenyataannya tidaklah begitu karena periode rotasi tersebut bukanlah periode harinya. Satu hari di Venus hanya 116 hari, masih lebih cepat daripada Merkurius. Uniknya, putaran rotasi Venus berlawanan dengan putaran rotasi Bumi. Jadi jika kita berada di Venus kita akan menyaksikan Matahari terbit di barat dan terbenam di timur.
Arah rotasi Venus yang terbalik itu biasa disebut dengan istilah retrograde alias searah dengan putaran jarum jam jika kita melihatnya dari kutub utara ekliptika. Namun kini diketahui bahwa sebenarnya kutub rotasinyalah yang terbalik. Inklinasi kutub utara rotasi Venus terhadap kutub utara ekliptika adalah 179 derajat, sangat besar dibandingkan Bumi yang hanya 23,5 derajat saja. Penyebab inklinasi sebesar ini diduga adalah karena ada benda besar yang menabrak Venus di awal pembentukannya dulu.
Pengamatan Dan Misi Penerbangan
Tebalnya awan di Venus membuat pengamatan optik landas Bumi terhadap permukaannya tidak dapat dilakukan. Pengamatan spektroskopi, radar, dan ultraviolet pun hanya memberikan sedikit informasi tambahan. Menyadari hal ini, para peneliti kemudian merencanakan berbagai misi penerbangan ke Venus untuk melakukan pengamatan dari dekat. Misi yang pertama adalah pengiriman wahana Venera 1 oleh Uni Soviet di tahun 1961. Wahana tersebut direncanakan untuk menumbuk Venus namun gagal 7 hari setelah peluncurannya.
Misi yang berhasil pertama kali dalam meneliti Venus adalah pengiriman wahana Mariner 2 oleh Amerika Serikat di tahun 1962, setelah Mariner 1 gagal saat peluncuran. Wahana Mariner 2 tersebut melintas-dekat Venus dari jarak sekitar 34.000 km dan memberikan informasi berharga tentang tingginya temperatur permukaan Venus, sekaligus memusnahkan harapan bagi manusia untuk menggunakan Venus sebagai tempat tinggal kedua.
Setelah misi Mariner 2 itu, ada banyak misi lainnya yang meraih kesuksesan. Seperti Venera 3 yang menjadi wahana yang pertama kalinya masuk ke atmosfer planet lain, Venera 7 yang berhasil mengirimkan data untuk pertama kalinya dari permukaan planet lain, dan Pioneer Venus Orbiter yang mengorbit dan meneliti Venus selama 13 tahun sejak 1978.
Pengiriman wahana ke Venus itu sendiri menjadi salah satu tonggak penting dalam penjelajahan tata surya. Keberhasilan terbang lintas-dekat Venus kemudian diikuti dengan keberhasilan yang sama di Mars. Perlahan tapi pasti semua planet pun akhirnya berhasil diamati dari dekat. Pendaratan wahana di Venus dan Mars juga menarik untuk ditunggu kelanjutannya, siapa tahu salah satu atau bahkan keduanya bisa diubah menjadi planet yang ramah bagi kehidupan suatu saat nanti.

Rabu, 06 Februari 2013

AS Luncurkan Pesawat Rahasia ke Luar Angkasa

detail berita
Ilustrasi
Astronesia - Amerika Serikat (AS) telah meluncurkan sebuah pesawat militer kecil, tak berawak sebagai bagian dari program luar angkasa masa depannya. Pesawat tersebut telah diluncurkan ke orbit pada Selasa waktu setempat.

Dilansir dari WA Today, Rabu (12/12/2012), US Air Force meluncurkan pesawat tak berawak itu menggunakan roket Atlas V. Peluncuran tersebut merupakan yang kedua kalinya.

Sebelumnya pesawat antariksa X-37B telah mengelilingi Bumi selama tujuh bulan pada 2010. Pesawat X-37B kedua itu akan menghabiskan waktu satu tahun di luar angkasa.

X-37B yang misterius itu memiliki ukuran panjang sekira 29 kaki. Militer tidak berkata banyak mengenai misi rahasia terbaru yang disebut Orbital Test Vehicle, flight No. 3 (OTV-3).

Seorang pengamat sains dari Harvard-Smithsonian Centre for Astrophysics, Jonathan McDowell berspekulasi bahwa pesawat antariksa itu memiliki sensor yang dirancang untuk memata-matai dan sebagai uji coba satelit masa depan.

Sensor tersebut juga bisa saja dibekali kemampuan intersepsi transmisi elektronik dari daerah latihan teroris di Afghanistan atau tempat lainnya. Namun di sisi lain, dia juga mengakui tidak mengetahui apa yang sebenarnya dibawa pesawat tersebut.

Sumber: Okezone.com